"Ilmuwan Ukur Temperatur Alam Semesta"
FAAI news - Tim ilmuwan internasional menggunakan Australia Telescope Compact Array
CSIRO menemukan suhu rata-rata
alam semesta (universe). Mereka
menemukan bahwa suhu alam
semesta rata-rata berada di 2,73 Kelvin.
Temuan ini menunjukkan, alam
semesta dari waktu ke waktu
mengalami penurunan suhu atau
menjadi lebih dingin. Australia
Telescope Compact Array CSIRO
berada di dekat kota Narrabri, New South Wales (NSW).
Dilansir Theregister, Kamis
(24/1/2013), ilmuwan mengatakan
bahwa alam semesta berada dalam
kondisi dingin, dengan penurunan
suhu kira-kira satu derajat setiap tiga
miliar tahun.
Alam semesta yang mengalami
pendinginan ini terkait dengan teori
Big Bang (ledakan dahsyat).
Ilmuwan meneliti bagaimana galaksi
yang berjarak 7,2 miliar tahun
cahaya mempengaruhi radiasi yang diterima dari sebuah pulsar (bintang
berdenyut di Bimasakti) yang
ditentukan lensa gravitasi, PKS
1830-211.
"Gelombang radio dari kuasar
(sumber radiasi elektromagnetik
kuat) datang melalui gas dari galaksi.
Ketika mereka melakukannya,
molekul gas menyerap sebagian
energi dari gelombang radio. Ini meninggalkan 'sidik jari' berbeda
pada gelombang radio," jelas CSIRO.
Pengukuran pendinginan memiliki
implikasi yang lebih utama.
Astronom menjelaskan dalam
sebuah makalah Astronomy &
Astrophsyics. Laporan ini juga bisa
membantu dalam menetapkan batasan pada penelitian mengenai
dark energy (energi gelap).
Astronom yang terlibat dalam
penelitian ini antara lain berasal dari
Australia, Prancis, Swedia dan
Jerman. [fmh/NP/FAAI/okezone]
CSIRO menemukan suhu rata-rata
alam semesta (universe). Mereka
menemukan bahwa suhu alam
semesta rata-rata berada di 2,73 Kelvin.
Temuan ini menunjukkan, alam
semesta dari waktu ke waktu
mengalami penurunan suhu atau
menjadi lebih dingin. Australia
Telescope Compact Array CSIRO
berada di dekat kota Narrabri, New South Wales (NSW).
Dilansir Theregister, Kamis
(24/1/2013), ilmuwan mengatakan
bahwa alam semesta berada dalam
kondisi dingin, dengan penurunan
suhu kira-kira satu derajat setiap tiga
miliar tahun.
Alam semesta yang mengalami
pendinginan ini terkait dengan teori
Big Bang (ledakan dahsyat).
Ilmuwan meneliti bagaimana galaksi
yang berjarak 7,2 miliar tahun
cahaya mempengaruhi radiasi yang diterima dari sebuah pulsar (bintang
berdenyut di Bimasakti) yang
ditentukan lensa gravitasi, PKS
1830-211.
"Gelombang radio dari kuasar
(sumber radiasi elektromagnetik
kuat) datang melalui gas dari galaksi.
Ketika mereka melakukannya,
molekul gas menyerap sebagian
energi dari gelombang radio. Ini meninggalkan 'sidik jari' berbeda
pada gelombang radio," jelas CSIRO.
Pengukuran pendinginan memiliki
implikasi yang lebih utama.
Astronom menjelaskan dalam
sebuah makalah Astronomy &
Astrophsyics. Laporan ini juga bisa
membantu dalam menetapkan batasan pada penelitian mengenai
dark energy (energi gelap).
Astronom yang terlibat dalam
penelitian ini antara lain berasal dari
Australia, Prancis, Swedia dan
Jerman. [fmh/NP/FAAI/okezone]
***
artikel terkait :
> "Semesta Mendingin, Seperti Diramal Teori Dentuman Besar" klik www.facebook.com/photo.php?pid=689426&l=6b7a4e3ad5&id=288165107956799&refsrc=http%3A%2F%2Ft.co%2FUllZ7t94&_rdr
.